Copy and Paste

Anda bebas mengambil content blog ini, tapi mohon sebutkan alamat blog ini dalam tulisan Anda.

You are free to copy the content of my blog. However, please let your readers know my blog as your source.

Minggu, 22 Juni 2008

The Speed of Trust 4

Sebelumnya pada The Speed of Trust 1, 2, dan 3, kita sudah diskusikan empat inti kepercayaan yang tertanam pada karakter dan pribadi yang kompeten, lima perilaku yang lahir dari karakter yang bagus, dan lima perilaku yang lahir dari kompetensi yang mumpuni. Kali ini mari kita diskusikan tiga perilaku yang berasal baik dari karakter yang hebat maupun kompetensi yang mumpuni. Ketiganya adalah denger dulu (listen first), jaga komitmen (keep commitments), dan sebarkan kepercayaan (extend trust).

OK, mendengar terlebih dulu memang sulit. Biasanya kita ingin mendominasi bicara. Atau ketika orang bicara, kita tidak bener-bener mendengar maksud yang disampaikan. Atau pura-pura mendengar dan sibuk menyusun rencana pembicaraan kita selanjutnya. Padahal, mungkin sekali pihak lain memiliki informasi yang dapat memperkaya informasi. Mungkin sekali informasi yang lebih lengkap dapat mengubah perspektif. Jadi perilaku yang dianjurkan di sini bener-bener dengerin untuk memahami orang lain. Apa sih kebutuhannya? Apa yang menjadi kepedulian dan kecemasannya? Selain itu, mendengarkan dulu berarti ya itu... denger dulu sebelum bicara (untuk memperkaya, Anda dapat membaca buku Edward de Bono, Mechanism of Mind - Y Pan)!

Perilaku berikutnya adalah yang keduabelas: jaga komitmen. Menjaga komitmen adalah perilaku yang berasal dari rasa tanggung jawab yang tinggi. Ada keberanian juga di situ! Berani membuatnya dan mempertanggungjawabkannya. Banyak yang bikin komitmen yang mudah dipelesetkan. Bukan itu yang dimaksud. Banyak juga yang melakukan gaming untuk memberi kesan baik padahal nggak banyak gunanya. Yang paling jelek tentunya sampai nggak berani membuat komitmen sama sekali. Contoh fenomena ini bisa kita jumpai di negara barat di mana banyak orang dewasa tidak menikah, tetapi menjalani hidup bersama. Berbeda dengan itu, dalam Islam dikatakan menikah adalah seperti setengah dari agama.

Perilaku ketigabelas, yang terakhir adalah sebarkan kepercayaan itu sendiri. Walaupun ada kalanya menyebarkan kepercayaan bisa berbahaya, bisa membuat kita sendiri terbakar, Covey percaya pada banyak kasus, perilaku ini dapat membuat efek berganda yang positif. Sebaliknya, hubungan yang dimulai dari rasa tidak percaya juga menyebabkan efek berganda, tapi negatif. Karena apa? Karena orang secara alamiah cenderung tidak percaya pada orang yang tidak mempercayainya. Percaya nggak?

Khusus untuk perilaku terakhir, saya jadi teringat permainan di kelas MBA dulu. Kelas dibagi beberapa kelompok dan diberikan kasus game theory yang dilematis. Kalau dalam suatu transaksi kedua pihak bekerjasama, nilai yang didapat paling besar. Celakanya, ada godaan untuk berkhianat, karena kalau kita bekerjasama tapi lawan kita berkhianat, kita akan rugi sendiri. Jadi yang paling dominan adalah kedua pihak sama-sama berkhianat. Tapi permainan dilakukan tidak sekali saja. Permainan dilakukan dalam sejumlah transaksi antara kedua pihak yang sama. Reputasi menjadi bagian penting. Nah, setiap kelompok diminta menyusun strategi. Gimana strategi Anda?

Waktu di kelas dulu, ada kelompok yang strateginya selalu berkhianat. Main aman! Soalnya takut dikhianati. Nggak ada kepercayaan bahwa mitra transaksinya akan bekerjasama. Ada juga yang menerapkan strategi main aman dulu. Berkhianat dulu. Kalau lawan transaksi ternyata bekerjasama, pada kesempatan transaksi berikutnya, baru akan bekerjasama. Tapi kalau mitra atau lawan (hehehe) transaksi berkhianat, pada kesempatan berikutnya, tindakan yang diambil berkhianat juga. Demikian seterusnya, tindakan yang diambil mengikuti tindakan lawan sebelumnya. Ini strategi tit for tat.

Strategi tit for tat yang diawali dengan berkhianat ternyata bukanlah yang paling banyak mendapat nilai. Di kelas kami itu, setelah simulasi transaksi dilakukan setiap kelompok bertransaksi dengan setiap kelompok lain (tapi ingat bukan a one-shot transaction, tapi a series of transactions) kelompok yang mengumpulkan nilai terbanyak adalah yang menerapkan strategi tit for tat tapi dengan bekerjasam dulu saat pertama transaksi dilakukan. Seolah-olah strategi ini percaya dulu bahwa lawan atau mitra transaksi layak diberi kesempatan untuk dipercaya.

Perlu diketahui juga, ada kelompok yang main aman sampai tiga putaran. Kalau si dia dapat dipercaya, barulah pada kesempatan transaksi keempat, tindakan yang diambil bekerjasama. Seperti sudah saya kemukakan di atas, kelompok yang 'menang' adalah yang pertama kali percaya dulu. Ketika terbukti bahwa pada kesempatan pertama, si dia berkhianat, baru tindakan yang diambil pada putaran kedua berkhianat juga. Main aman! Sudah paham kan? Sudah cukup kan? Ternyata tidak!

Ada strategi lain yang lebih optimal, yaitu memberi kesempatan lawan transaksi berkhianat dua tiga kali, barulah kalau si dia terbukti tidak bisa diajak kerjasama sampai dua tiga kali atau lebih tergantung tingkat toleransi yang telah ditetapkan (dan tergantung kasusnya), ambil tindakan aman! Cabut kepercayaan itu! Mainkan tit for tat! Lebih lengkapnya baca buku Thinking Strategically karya Dixit dkk.

Sampai ketemu di lanjutan ringkasan buku The Speed of Trust! Percaya deh, I'll be here. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

addthis

Live Traffic Feed